You are currently viewing Manfaat Tersembunyi Madu bagi Ibu Hamil

Manfaat Tersembunyi Madu bagi Ibu Hamil

Madu merupakan cairan manis dan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar, resin, atau polen yang diperoleh dari tumbuhan. Sejak dahulu, madu sudah digunakan sebagai bahan baku makanan sekaligus obat tradisional yang mampu mengobati banyak penyakit karena mengandung segudang manfaat bagi kesehatan. Madu termasuk dalam golongan superfood karena sangat kaya manfaat, antara lain mengandung antioksidan polifenol, bersifat antimikroba, antivirus, anti radang, dan bermanfaat sebagai alternatif gula pasir sebagai pemanis.

Bagi para ibu hamil ataupun yang sedang merencanakan kehamilan, tentu asupan makanan yang sehat, bernutrisi, dan seimbang harus diperhatikan dan dipantau sepanjang masa kehamilan. Salah satu bahan pangan yang sehat dan dapat memberikan nutrisi, baik bagi ibu maupun janin, adalah madu. Manfaat madu bagi ibu hamil dapat dirasakan dan dimanfaatkan untuk melengkapi dari kebutuhan nutrisi tubuh mulai dari tahap persiapan kehamilan sampai tahap kehamilan akhir yaitu saat melahirkan.

Baca juga: Manfaat Madu Hitam Untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Kolesterol Juga!

MANFAAT MADU DALAM BERBAGAI TAHAP KEHAMILAN

Peningkatan status dan kualitas nutrisi adalah cara signifikan untuk mempersiapkan kehamilan (Usman et al., 2021). Gizi dan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil harus terus dipertahankan selama kehamilan berlangsung. Selain kebutuhan gizi, kualitas hidup ibu hamil juga menjadi poin penting yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Tahukah Anda, bahwa ternyata telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa manfaat madu bagi ibu hamil dapat dirasakan dari awal hingga akhir proses kehamilan? Madu dapat mendukung pemenuhan gizi ibu hamil sehari-hari sekaligus meningkatkan kualitas hidup ibu hamil. Berikut ini daftar manfaat madu bagi ibu hamil dalam berbagai tahap kehamilan.

  • Membantu menangkal efek stres pada tubuh dan mencegah berbagai penyakit

Salah satu masalah utama yang umum dialami calon ibu adalah stres. Menurut Usman et al. (2021), wanita bekerja cenderung dua kali lebih mudah mengalami stres dari pada pria pada masa-masa penting dalam siklus reproduksi, yaitu ketika menstruasi, kehamilan, melahirkan, pasca melahirkan, dan menopause. 

Kondisi stres ini memengaruhi kesehatan tubuh sampai ke tingkat sel, karena saat seseorang stres, tingkat reactive oxygen species (ROS) dalam tubuh mengalami peningkatan. ROS ini sangat mudah bereaksi dengan molekul lain dalam tubuh, seperti protein dan DNA. ROS memiliki kemampuan merusak molekul dan sel lain yang bereaksi dengannya. Kerusakan ini disebut stres oksidatif yang dapat menyebabkan sel lebih cepat mengalami penuaan ataupun kematian sel.

Stres oksidatif dapat menyebabkan penurunan kualitas organ reproduksi yang akhirnya berefek pada penurunan kesuburan, peningkatan risiko keguguran, dan pertumbuhan janin terhambat. Hormon kortikosteron yang meningkat saat stres terbukti berhubungan dengan rendahnya hormon estradiol dan estrogen yang memperburuk suasana hati dan membuat siklus menstruasi tidak teratur.

Disinilah kandungan antioksidan madu yang tinggi berperan sebagai penangkal kerusakan sel-sel tubuh sekaligus mencegah berbagai penyakit. Antioksidan merupakan molekul yang stabil dan tidak mudah bereaksi dengan molekul lain, sehingga ketika antioksidan bertemu dengan ROS yang bersifat merusak, antioksidan berperan untuk menetralkan atau menetralisir efek perusak ROS dan mengurangi serta menghindarkan sel dari kerusakan yang berpengaruh pada ibu hamil dan janin.

Antioksidan dalam madu yang meliputi flavonoid, asam fenolat, enzim, vitamin A, C, dan E, serta mineral zat besi dan tembaga (cuprum) membantu tubuh mencegah kanker, penyakit jantung, penyakit menular, peradangan, penuaan, dan penurunan fungsi saraf. Madu merupakan salah satu cara mengurangi stres pada tubuh untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi yang memiliki efek samping sesedikit mungkin.

Baca juga: 7 Cara Membedakan Madu Asli dan Palsu, Dari Aroma Hingga Rasa

  • Mendukung keseimbangan hormon

Sepanjang proses dan masa kehamilan, dari awal tahap perencanaan hingga sampai masa kehamilan dan melahirkan, hormon reproduksi wanita sangat berperan penting bagi ibu hamil. Dari trimester pertama hingga trimester ketiga, ibu hamil mengalami sangat banyak perubahan, dari sisi anatomi (fisik) dan fisiologi tubuh. Banyak perubahan fisiologi selama kehamilan yang dapat dihubungan dengan perubahan hormon yang dihasilkan oleh plasenta. Salah satu hormon yang dimaksud adalah human chorionic gonadotropin (hCG) subunit beta. Beta-hCG ini bertanggung jawab untuk memproduksi progesteron yang sangat penting untuk menjaga kehamilan. Beta-hCG ini juga berfungsi untuk menstimulasi produksi estrogen dan progesteron sampai akhir trimester pertama, kemudian produksi kedua hormon ini dilanjutkan oleh plasenta (Kepley, Bates, & Mohiuddin, 2023). Beberapa hormon lain yang terlibat dalam kehamilan, antara lain oksitosin, prolaktin, relaksin, human placental lactogen (hPL), dan prostaglandin.

Banyaknya perubahan yang dialami ibu hamil dalam waktu yang bisa dibilang cepat inilah yang sering menyebabkan stres akibat ketidakseimbangan hormon. Salah satu cara menangani ketidakseimbangan ini adalah melalui konsumsi madu. Madu bermanfaat untuk mendukung keseimbangan hormon melalui nutrisi yang dikandung. Magnesium dalam madu dapat mendukung penyeimbangan hormon pada ibu hamil karena magnesium merupakan unsur krusial yang digunakan dalam berbagai obat untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon. Selain itu, unsur boron dalam madu juga membantu mengatur hormon.

  • Membantu pola tidur dan meningkatkan kualitas tidur

Sejumlah besar ibu hamil, yaitu sekitar 78% dari ibu hamil, mengalami gangguan tidur dan bahkan insomnia menurut American Pregnancy Association. Hal ini tergolong normal dan paling umum dialami ibu hamil pada trimester pertama dan ketiga, karena pada dua trimester ini, ibu hamil mengalami banyak perubahan hormon. Salah satu solusi untuk mengatasi gangguan tidur adalah menggunakan bantuan madu. Madu mampu menstimulasi otak untuk melepaskan melatonin, sebuah hormon yang dapat mempermudah tidur, memperpanjang durasi tidur, dan meningkatkan kualitas tidur. Ketika ibu hamil mengonsumsi madu sebelum tidur, kadar gula dalam madu akan meningkatkan produksi insulin tubuh, yang kemudian membantu transportasi asam amino triptofan, yang diolah menjadi serotonin, dan diproses lebih lanjut menjadi hormon melatonin (Tagliamonte et al., 1975).

  • Menurunkan intensitas rasa sakit saat melahirkan

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Taavoni, Fathi, Nazem-Ekbatani, dan Haghani (2019), madu terbukti dapat mengurangi rasa sakit saat melahirkan ketika diberikan kepada ibu hamil yang sedang dalam proses dilatasi serviks, yaitu ketika proses melahirkan sedang berjalan. Penelitian ini menguji efek madu pada 80 ibu hamil primigravida (ibu yang hamil pertama kalinya) yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi madu dan kelompok yang tidak. Ditemukan bahwa madu memiliki manfaat analgesik, yaitu pereda nyeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa sakit berkurang secara signifikan segera setelah konsumsi madu sampai 120 menit setelah konsumsi madu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mirbagher Ajorpaz et al. (2012) pada rasa sakit menstruasi, ditemukan bahwa efek analgesik madu berhubungan dengan dampak madu dalam mengurangi konsentrasi hormon prostaglandin dalam darah. Prostaglandin berlebih dapat menyebabkan kenaikan sensitivitas rasa sakit.

  • Menghindarkan ibu hamil dari risiko diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang pertama kali didiagnosis selama masa kehamilan. Bahkan ibu hamil yang sebelumnya tidak memiliki riwayat diabetes masih berpotensi mengalami diabetes gestasional. Diabetes ini disebabkan oleh jumlah insulin yang tidak mencukupi untuk mengolah glukosa dalam darah dari makanan. Hal ini juga dapat disebabkan oleh konsumsi gula dalam makanan dan minuman yang melebihi kebutuhan tubuh, contohnya ketika sedang “ngidam” (craving). 

Pemanis yang paling umum digunakan, yaitu gula pasir, merupakan pemanis disakarida yang tergolong dalam kelompok sukrosa, yaitu kombinasi antara glukosa dan fruktosa. Sukrosa tersebut memiliki indeks glikemik senilai 60-65, sementara madu memiliki rata-rata indeks glikemik senilai 58. Semakin rendah indeks glikemik, semakin lama waktu yang dibutuhkan pemanis tersebut untuk meningkatkan gula darah. Sebaliknya, pemanis dengan indeks glikemik tinggi dapat membuat gula darah meningkat dalam waktu singkat.

Madu merupakan salah satu pemanis alami yang dapat digunakan sebagai alternatif gula pasir karena walaupun dalam jumlah sedikit, madu sudah lebih manis dari pada gula. Selain itu, madu berjenis madu mentah yang tidak mengalami proses pemanasan atau penambahan bahan apapun memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dari rata-rata madu olahan di pasaran, yaitu pada kisaran nilai indeks 30-50. Bahkan, salah satu varian produk madu kami, yaitu madu akasia, memiliki indeks glikemik yang termasuk paling rendah dari jenis madu mentah lainnya, yaitu pada kisaran 35-40.

  • Mencegah anemia akibat kekurangan zat besi saat hamil

Total volume darah pada ibu hamil akan meningkat sebanyak 20% hingga 100% dari volume sebelum hamil, umumnya mendekati 45%. Peningkatan volume darah tentu diikuti dengan peningkatan kebutuhan zat besi juga. Kehamilan menyebabkan peningkatan kebutuhan zat besi oleh tubuh sebanyak dua hingga tiga kali dari kebutuhan tubuh normal, karena zat besi merupakan nutrisi penting yang digunakan dalam pembuatan hemoglobin dalam darah yang berfungsi untuk mengikat dan membawa oksigen dalam darah (Soma-Pillay, Nelson-Piercy, Tolppanen, & Mebazaa, 2016). Selain untuk sintesis hemoglobin, zat besi dibutuhkan oleh janin sekaligus untuk memproduksi sejumlah enzim.

Jika kebutuhan zat besi tersebut tidak terpenuhi, ibu hamil berpotensi mengalami anemia karena mengalami defisiensi/kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi menyebabkan transportasi oksigen yang tidak efektif untuk ibu sekaligus janin. Manfaat madu untuk ibu hamil dalam hal ini adalah untuk mencegah anemia, karena madu mengandung zat besi, mangan, dan tembaga yang sangat diperlukan untuk memproduksi hemoglobin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015), 75% kasus anemia nutrisional pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi. Madu menjadi salah satu sumber zat besi yang dapat mendukung tingginya kebutuhan zat besi pada ibu hamil.

Baca juga: Perbedaan Madu Mentah dan Olahan, Lebih Sehat Mana

 

Leave a Reply